Museum Nasional Indonesia Kembali Dibuka
Jakarta, 13 Oktober 2024 - Setelah menjalani serangkaian revitalisasi dan pengembangan ekstensif selama satu tahun, Indonesian Heritage Agency (IHA) mengumumkan pembukaan kembali Museum Nasional Indonesia (MNI). Museum Nasional Indonesia akan kembali dibuka publik pada hari Selasa, 15 Oktober 2024.
MNI kini hadir dengan fasilitas modern, pameran interaktif, dan pengalaman edukatif yang lebih mendalam. Rangkaian kegiatan Pembukaan Kembali MNI diresmikan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy yang menekankan pentingnya museum sebagai jendela generasi muda untuk mengenal sejarah dan budaya bangsa.
Sejalan dengan mandat IHA untuk mereimajinasi warisan budaya, konsep reimajinasi MNI merupakan merupakan turunan dari konsep Reimajinasi Warisan Budaya. Yakni pendekatan dan upaya inovatif untuk mentransformasi cara pengunjung melihat dan berinteraksi dengan museum, dari fungsi tradisional menjadi lebih modern dan dinamis.
Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra mengungkapkan, IHA berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pengalaman pada transformasi narasi yang mendalam.
"Dengan upaya revitalisasi yang telah berjalan dan akan terus berjalan hingga tiga tahun mendatang, diharapkan nantinya Museum Nasional Indonesia dapat menjadi bagian dari ekosistem kebudayaan. MNI dapat menjadi museum percontohan yang menjadi standar pengelolaan dan pemanfaatan koleksi museum bertaraf internasional. Serta mempertegas fungsi museum sebagai ruang publik yang juga berperan sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan," kata Ahmad Mahendra.
Reimajinasi MNI berfokus pada revitalisasi struktur fisik serta peningkatan sumber daya dan layanannya dalam menyambut era baru pengelolaan museum dan pelestarian cagar budaya yang lebih relevan dengan kebutuhan masa kini. Tata pamer MNI akan berubah secara signifikan.
Narasi setiap gedungnya akan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan publik. Menjadikannya dapat bergerak dengan dinamis agar tetap relevan untuk menjadi pusat edukasi dan rekreasi untuk publik, khususnya generasi muda.
Transformasi ini akan mencakup penelusuran jejak warisan budaya. Dari wawasan prasejarah hingga perjuangan heroik Nusantara menuju kemerdekaan. Serta ruang inspirasi untuk masa depan warisan budaya yang berkelanjutan.
Ketiga narasi ini akan dibagi menjadi narasi utama setiap gedung MNI. Mulai dari Gedung A dengan tema “Masa Lalu Penuh Makna”, Gedung B “Marwah Indonesia”, serta Gedung C “Bekal Masa Depan Berkelanjutan”.
PJU Museum Nasional Indonesia, Ni Luh Putu Chandra Dewi juga menjelaskan, dalam tiga tahun ke depan, MNI akan mengalami transformasi bertahap. Terdapat digitalisasi manajemen koleksi, memperkenalkan cara baru dalam menyajikan dan merayakan keunggulan pemikiran dan kreativitas.
"Transformasi ini mencakup penerapan teknologi digital dalam pameran untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif, seperti penggunaan augmented reality (AR) dan virtual tours," ujar Ni Luh.
Salah satu ruang pamer yang mengadaptasi inovasi teknologi adalah ruangan Imersif A, sebuah teknologi canggih yang merevolusi cara kita mengalami sejarah dan budaya. Ruangan ini menggunakan teknologi visualisasi dan audio yang canggih untuk menciptakan pengalaman yang menyeluruh dan mendalam. Mirip dengan melihat lukisan gua dalam konteks modern.
Pengunjung dapat menjelajahi sejarah budaya Indonesia lintas zaman dalam format yang sangat interaktif. Memungkinkan mereka untuk mengimajinasikan kembali dan mengalami narasi sejarah dengan cara yang baru dan menarik.
Selain itu, terdapat dua pameran temporer pertama yang akan disajikan hingga 31 Desember 2024, yakni Perjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran: “Menabuh Nekara, Menyiram Api” serta Pameran Repatriasi: Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara.
"Kali pertama upaya pemulihan MNI kami narasikan secara transparan dan rinci kepada publik, serta hadirnya kembali koleksi hasil repatriasi. Termasuk empat Arca Singasari hasil Repatriasi 2024 yang baru tiba pada awal bulan ini," ungkap Ni Luh.
Sebagai bagian dari inisiatif revitalisasi yang berkelanjutan, MNI juga menyoroti pentingnya kolaborasi multi-stakeholder yang telah menjadi kunci sukses dalam proses pembaruan museum. Kolaborasi ini melibatkan IHA bersama dengan rangkaian ahli kurator, ahli cagar budaya, komunitas budaya, lembaga internasional, ahli sejarah, arsitek, dan tokoh nasional.
"Kolaborasi multi-stakeholder ini telah membantu mendefinisikan ulang MNI tidak hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi bersejarah, tetapi sebagai institusi yang hidup, bernapas, dan terus berkembang, yang mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap kekayaan budaya Indonesia. Melalui kerja sama ini, MNI diharapkan dapat terus berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, mengedukasi dan menginspirasi generasi saat ini dan yang akan datang," tambah Ahmad Mahendra.